Kim awek korea



Namaku Andri, sekarang aku lagi kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Malaysia. Aku akan menceritakan pengalaman tak terlupakanku waktu SMU dulu.

Kejadiannya sekitar 2 tahun lalu, ketika aku masih bersekolah di sebuah sekolah internasional di kuala lumpur Malaysia. Seperti layaknya sebuah sekolah internasional, banyak sekali murid-muridnya yang berasal dari luar negeri. Akan tetapi, mayoritas berasal dari Korea atau yang lebih dikenal sebagai 'negeri ginseng.

Kisahku bermula ketika ada seorang gadis Korea yang baru saja masuk ke sekolahku. Namanya Kim Chi, dia baru duduk di bangku kelas 1 SMP. Tapi biarpun masih kelas 1 SMP, dia sudah memiliki tubuh seperti seorang gadis berusia 17 tahun lebih. Dengan sepasang buah dada yang condong ke depan dan bokong yang begitu montok. Saat itu juga timbullah niat busukku untuk mencumbui tubuhnya yang padat dan berisi itu.

Tapi untuk dapat menikmati tubuhnya itu, aku harus dekat dengan dia. Maka saat itu juga, kuputuskan untuk berkenalan.

"Halo, namaku Andri.. " ucapku sembari menawarkan tanganku. Dia pun menjabat tanganku dan memperkenalkan dirinya. Setelah cukup lama berbincang, akhirnya kita saling menukar nomor handphone. Dan sejak saat itu, aku pun sering SMS-an dan juga teleponan sama dia. Kita pun jadi dekat dan mulai berpacaran.

Minggu-minggu pertama pacaran merupakan minggu-minggu yang membosankan. Ini disebabkan si Kim Chi masih malu-malu kucing. Tiap kali aku ingin menciumnya, dia selalu menghindar. Dan dikalanya tanganku meraba paha ataupun buah dadanya, dia selalu menarik tanganku. Setelah kuselidiki, ternyata Kim Chi berasal dari sebuah sekolah khusus perempuan. Di mana tidak ada yang namanya pria atau lelaki sama sekali. Aku pun heran dan bertanya-tanya pada diriku sendiri, orangtua macam apa yang mau menyekolahkan anak perempuannya ke sekolah yang hanya berisikan perempuan saja.

Menurut teman-temannya, selama 6 tahun dia tidak pernah mengenal yang namanya laki-laki. Ya ampun, pasti dia belum pernah merasakan yang namanya dicium ataupun dipegang-pegang. Sejak mendengar cerita tersebut, aku pun memberanikan diri. Aku berkata padanya,

"Kalau dicium itu enak rasanya, apalagi kalau buah dada dan paha kamu diraba-raba.. "

Pada mulanya ia menolak dan enggan bibirnya kucumbui dan tubuhnya kupegang-pegang. Tetapi akhirnya, setelah kubujuk beberapa kali, Kim Chi pun mau dan ingin mencoba nikmatnya dicumbu dan diraba-raba. Maka mulai saat itu juga, setiap kali aku dan dia jalan, pasti ada adegan cium-ciuman dan pegang-pegangan. Aku dan Kim Chi sangat sering jalan berduaan di KLCC, sebuah shopping mall di Kuala Lumpur. Dan tempat yang paling aku gemari dari situ adalah di bioskopnya dan juga di tamannya. KLCC memiliki sebuah taman yang cukup besar, jadi seandainya tidak bisa melakukan 'hal-hal' tersebut di bioskop, maka taman merupakan tempat kedua paling cocok buat berduaan.

Pertama kalinya aku mendengar Kim Chi mendesah karena nikmat adalah ketika kami di taman KLCC. Saat itu kebetulan lagi sepi dan tidak banyak orang yang datang untuk belanja. Jadi kuputuskan untuk mengajak Kim Chi ke taman dan duduk berduaan di bawah pohon, tujuannya supaya tidak kelihatan orang lain. Setelah cukup lama berbincang, aku pun sudah tidak sabar lagi, maka langsung saja kuciumi lehernya dan menjilati telinganya. Kedua tanganku juga tidak tinggal diam, tangan kiriku meremas buah dadanya dan tangan kananku menelusuri roknya sambil mengelus-elus vaginanya. Ia pun mendesah dengan hebatnya,

"Aaah.. Aaah.. "

Mendengar desahannya itu, aku jadi tambah bernafsu dan langsung saja kuselipkan jari-jariku ke dalam BH-nya dan bermain dengan putingnya.

"Ya ampun.. Lembut sekali putingnya.. Begitu menggemaskan.. " bisikku dalam hati.

Jari-jariku pun kuselipkan ke dalam CD-nya, dan kurasakan betapa halusnya vagina si Kim Chi. Aku merasakan bulu-bulu halus yang baru tumbuh, tidak hanya itu, kurasakan pula cairan yang keluar membasahi vaginanya.

"Aaah.. Aaah.. Andri.. " desahannya semakin menjadi-jadi sembari memelukku dengan erat. Ia begitu lemas dan tidak berdaya, memeluk dan mencium-cium kecil saja yang dapat ia lakukan pada saat itu.

"Gimana rasanya Chi? Enak kan?" tanyaku padanya. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya saja dan tersenyum malu. Kim Chi kelihatan begitu lelah sekali, wajar saja, ini merupakan pengalaman pertamanya. Pertama kalinya vagina dan buah dadanya dimainkan seorang laki-laki. Maka kuputuskan untuk mengantarnya pulang ke rumahnya saja.

"Chi, kamu aku antar pulang ya, kamu kelihatan capek sekali.. "

Kembali ia diam saja tak mengatakan sepatah kata pun, hanya menganggukkan kepalanya saja. Aku jadi merasa bersalah karena telah berbuat demikian pada dirinya, apalagi kita ini baru saja saling mengenal. Tetapi pemikiranku salah, aku salah besar. Ternyata setelah kejadian itu, si Kim Chi jadi lebih bernafsu. Dia berubah menjadi seorang cewek yang nafsuan, yang sangat liar. Setiap kali ada waktu kosong di sekolah, ketika semua murid lagi pada di dalam kelas, atau di kala semua orang lagi makan siang di kantin, pastinya si Kim Chi selalu mengajakku melakukan "hal-hal" tersebut secara diam-diam.

Kamar mandi guru, kelas kosong, ataupun di kamar mandi cewek. Tempat-tempat ini merupakan tempat-tempat yang paling digemari Kim Chi buat melakukan 'hal-hal' tersebut denganku. Pokoknya setelah kejadian di taman KLCC waktu itu, Kim Chi jadi lebih liar dan ganas. Malah ia jadi begitu aktif memainkan penisku. Yang tadinya tidak tahu sama sekali cara memainkan penisku, jadi sangat aggresif memainkannya. Ia sangat menggemari kegiatan meremas-remas penisku. Kim Chi menjadi seorang cewek yang sangat nakal.

Aku pun mulai mengajari dia cara memainkan vaginanya sendiri ataupun bermain dengan putingnya alias masturbasi. Bukan hanya itu, aku juga mengajarinya cara berphone sex. Sepertinya Kim Chi begitu menikmati phone sex soalnya setiap kalinya aku telpon, dia pasti selalu menanyakanku untuk melakukan phone sex. Karena keseringan melakukan phone sex dan juga 'hal-hal' tersebut, maka aku beranggapan kalau sudah waktunya gadis Korea ini merasakan sex yang sungguh-sungguhan. Apalagi sekarang ini, dia sudah menjadi sangat liar dan aggresif, pasti berhubungan sex dengan dia merupakan hal yang tidak cukup sulit.

Aku pun terus berpikir, kapan waktu yang paling bagus buat menghilangkan keperawanan si Kim Chi, dan di mana tempat yang paling sesuai buat melakukan itu semua. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya aku menemukan jawabannya. Aku baru ingat kalau aku pernah tanya sama si Kim Chi, kalau dia sudah pernah atau belum dikasih hadiah ulang tahun sama cowok. Kim Chi pun berkata kalau ia belum pernah dikasih hadiah ulang tahun sama cowok, dan ia ingin sekali mendapatkan hadiah ulang tahun dari cowok. Maka kuputuskan untuk melakukannya pada hari ulang tahunnya, di aparteman temanku yang kebetulan lagi kosong dan kuncinya dititipkan padaku.

Tibalah hari ulang tahun Kim Chi yang ke 13, aku pun mengajaknya makan dan jalan-jalan, seperti biasa di KLCC. Setelah cukup lama keliling KLCC, aku pun bertanya kepada Kim Chi,

"Chi.. Kamu mau nggak ikut aku ke suatu tempat spesial? Di sana aku sudah nyiapin sebuah hadiah yang sangat bagus buat kamu.. Kamu bilang kamu ingin banget dapet hadiah ulang tahun dari cowok.. Biarin aku jadi cowok pertama yang kasih kamu hadiah ulang tahun.. "

Kim Chi kelihatan sangat gembira dan setuju dengan tawaranku. Maka pergilah kami ke aparteman temanku itu. Sesampainya di sana, aku langsung saja membawa Kim Chi ke kamar yang sudah kusiapkan. Setelah masuk ke kamar, aku pun mengunci pintu dan langsung saja menanggalkan semua pakaianku. Aku hanya memakai CD-ku saja.

"Eh Andri.. Kamu ngapain buka-buka pakaian kamu? Memangnya kamu mau ngapain? Terus, hadiah yang kamu janjikan ke aku mana?"

"Hadiahnya ya ini Chi.. Kita bisa buat yang gitu-gitu sampai puas.. Plus, biasanya kan kita cuma pegang-pegangan tapi nggak sampai lihat dalamnya kan? Kamu masa nggak mau liat penisku bentuknya gimana.. Masa nggak mau liat apa yang ada di balik CD putih ini.. "

Dan seperti biasa, ia hanya tersenyum malu sambil menganggukkan kepalanya. Tapi yang membuatku sangat bernafsu ialah ketika ia menjulurkan lidahnya sambil menggigit-gigit bibirnya. Aku langsung menerkamnya dan menariknya ke tempat tidur. Kubuka kancing bajunya satu demi satu dan juga roknya sehingga ia hanya memakai BH dan CD saja. Betapa indahnya pemandangan pada saat itu, apalagi BH dan CD yang dipakai Kim Chi jenis BH dan CD yang transparan atau tembus pandang. Aku bisa melihat puting dan juga vaginanya secara samar-samar. Aku langsung menuju ke buah dadanya yang sangat menggiurkan dan menanggalkan BH yang dipakainya.

"Wah.. Indah sekali buah dadanya.. Begitu putih dan mulus.. Padat berisi sekitar 34-B. " Dengan puting yang sangat imut dan masih berwarna merah jambu. Langsung saja kuciumi dan kujilati buah dadanya yang sangat lezat itu. Aku juga menyempatkan untuk menggigit putingnya yang ternyata begitu kenyal dan nikmat. Ia mendesah dengan hebatnya,

"Aaah.. Ooohh.. ", sambil menarik-narik rambutku.

Setelah puas mengulum buah dadanya, aku pun turun ke perutnya. Kembali kuciumi dan kujilati perutnya itu. Ia menggelinjang karena kegelian dan semakin menarik rambutku. Aku turun dan turun hingga ke vaginanya. Kuarahkan lidahku ke clitorisnya dan memainkannya seenakku. Kim Chi pun kembali mendesah sembari menarik rambutku, namun kali ini desahannya begitu keras,

"Oooh.. Aaah.. Andri.. Oh yeah.. Aaah.. Jangan berhenti.. "

Desahannya tersebut membuatku semakin bernafsu, membuatku mempercepat permainan lidahku pada clitorisnya. Ia pun mendesah lagi dan nampaknya akan segera menyemprot. Dan betul dugaanku, cairan asin menyemprot ke mukaku yang sedang menjilati vaginanya. Kim Chi pun kelihatan lemas sekali setelah kulakukan foreplay pada dirinya.

Namun demikian, aku tidak ingin sampai di situ saja. Aku menyuruhnya untuk mengulum penisku. Ia pun menurut dan langsung menggenggam penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Oh yeah.. Oohh.. Chi.. Oooh.. Nikmat sekali.."

Ia begitu pintar memainkan penisku. Diputar-putar, dijilat-jilat, terus dicelupin ke mulutnya. Bukan hanya itu, ia juga bermain dengan kedua bijiku.

"Pintar sekali ini cewek..", ujarku dalam hati. Ia menyedot dan juga menjilati kedua bijiku dengan variasi yang berbeda.
"Oooh.. Oooh.. Oh yeah.."
Aku pun akhirnya keluar dan menyemprotkan semua spermaku ke dalam mulutnya. Karena baru pertama kali melakukan ini, Kim Chi menelan habis semua spermaku. Ia merasa jijik dan ingin muntah setelah menelan semuanya. Aku hanya bisa tertawa melihat ekspresi wajahnya yang begitu polos dan lugu.

Setelah cukup lama berbaring di atas ranjang, Kim Chi pun menyuruhku mengantarnya pulang, apalagi hari sudah hampir malam dan orangtua Kim Chi pasti mencarinya. Akan tetapi, aku belum mengijinkannya untuk pulang.

"Chi, kamu mau ke mana? Jangan buru-buru.. Aku masih ada satu lagi hadiah ulang tahun buat kamu.."

Ia pun heran dan bertanya-tanya. Aku hanya menyuruhnya menutup matanya saja.

"Inilah kesempatanku untuk merasakan vaginanya dan menghilangkan keperawanannya.. ", bisikku dalam hati.

Dan tanpa basa-basi, aku dengan perlahan memasukkan batang penisku ke dalam liang vaginanya. Kim Chi pun kaget dan membuka matanya, ia mau melepaskan diri dan menghindar. Tapi aku menahannya dan membisikkan arah telinganya,

"Chi.. Kamu jangan takut.. Apa pun yang akan terjadi, aku tetap sayang sama kamu dan akan bertanggung jawab.."

Kim Chi pun hanya dapat menangis kesakitan ketika kumasukkan seluruh batang penisku ke dalam vaginanya. Dan di situ juga, kusaksikan darah mengalir dari liang vaginanya. Aku telah menghilangkan keperawanannya.

(Klik sini untuk video)
Kurasakan dinding-dinding vaginanya yang begitu hangat menjepit penisku. "Oooh.. Aaahh.." Nikmat sekali rasanya. Kim Chi hanya dapat menangis dan menangis, karena keperawanannya telah hilang. Aku pun kembali mengecup keningnya dan berkata,

"Chi.. Aku nggak akan meninggalkan kamu.. Aku akan bertanggung jawab.. Kamu jangan nangis ya.." Ia mengangguk dan menurut saja.

Keesokan harinya aku mengantar Kim Chi ke rumahnya. Setelah itu aku berkata padanya kalau aku enggak akan ninggalin dia. Tapi aku berbohong, aku belum siap untuk semua ini. Aku belum siap menjalin hubungan seperti ini.

Aku pun berbohong kepada Kim Chi dan mengatakan kalau aku akan balik ke Indonesia dan tidak akan kembali lagi. Ia mencoba menelponku dan juga mengSMSku. Tapi aku sudah terlanjur membuang kartu telponku dan menukarnya dengan yang baru. Aku pun pindah ke kota lain, kota yang jauh dari Kuala Lumpur, kota yang jauh dari Kim Chi.

Aku begitu menyesal dengan apa yang telah terjadi. Tidak kusangka nafsu seorang pelajar kelas 3 SMU yang berlebihan, bisa menghancurkan masa depan seorang gadis yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP. 2 tahun telah berlalu, dan aku pun tidak mengetahui kabar terbaru dari Kim Chi. Aku harap dia baik-baik saja.

Kisahku memang kampungan dan terlampau kuno. Tapi aku baru sadar, nafsu yang terlalu berlebihan tidaklah baik. Melakukan hubungan sex dengan gadis Korea memanglah nikmat, dan kuakui itu memang cita-citaku dari dulu. Tapi akibat nafsuku yang berlebihan itu, semuanya menjadi begitu fatal. 

Yang pertama


klik sini untuk video )
Diam mungkin yang terbaik bagiku tapi apakah dengan diam aku bisa mengurangi beban penderitaan yang selama ini aku pendam di dasar lubuk sanubari. Namaku Ryo dan saat ini aku baru lulus dari sebuah universitas swasta di Jakarta. Bingung mencari pekerjaan yang kini makin langka terjadi.

Kejadian ini berdasarkan kisah nyata tanpa direka-reka ataupun di tambah tambah. Kejadian ini berawal dari masalah keuangan di keluargaku. Pada awalnya kami adalah keluarga yang berkecukupan sampai saat ayahku jatuh sakit. Kehidupan kamipun mulai berangsur-angsur memburuk. Satu persatu barang barang yang bisa laku di jual, kami jual tuk membiayai pengobatan ayahku serta untuk makan kami.

Teman-teman yang selama ini akrab bermain denganku kini meninggalkanku sendirian, baru kini aku sadar mereka hanya berteman denganku ketika aku senang dan ketika aku dalam kesusahan mereka meninggalkanku. Huh, itulah tabiat dari kebanyakan orang yang berada. Mendingan aku berteman dengan orang yang tak mampu. Mereka setia dalam suka maupun duka.

Aku berkenalan dengan seorang gadis. Manis dan imut wajahnya. Dia selalu curhat kepadaku tentang keluarganya yang sibuk dan sibuk melulu dengan bisnis sana dan bisnis sini. Akhirnya dia broken home. Di sela-sela kebingunganku mencari uang datang tawaran yang menggiurkan darinya. Aku bisa mendapatkan uang lumayan besar asalkan tidur bersamanya.

Aku bingung, aku tolak, aku sangat membutuhkan uang itu, dan kalau aku terima, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Jujur saja aku belum pernah melakukan hal itu sekalipun. Huh, hal yang susah sampai saat ini. Akhirnya dengan berat hati aku terima tawaran itu meski batinku memberontak.

Aku bertemu dengannya di sebuah hotel di kawasan Jakarta selatan. Hotel yang ekslusif untuk aku yang belum pernah tidur di hotel yang sebesar ini. Tanpa basa-basi aku mengetuk pintu kamarnya. Keringat dingin mulai membasahi tubuhku di tengah sejuknya udara di dalam ruangan yang ber-AC itu. Grogi, takut dan rasa penasaran bercampur aduk di dalam benakku. Aku sebentar lagi akan menjadi laki-laki bayaran. Hal yang selama ini belum pernah terbersit sekalipun didalam pikiranku selama ini.

Kulihat seraut wajah manis itu menyambutku ramah dengan senyumnya yang membuat degup jantung para lelaki semakin kencang. Kulihat dia memakai jubah mandi dan wangi sabun mandi memancar dari aroma tubuhnya. Wuihh, semakin grogi aku jadinya. Tubuhku kini mulai terasa kaku tuk digerakkan. Takut, takut untuk selanjutnya. Gimana kalau aku ngga bisa memberikan kepuasan kepadanya maklum aku belum pernah melakukannya.

Aku duduk di bangku sofa yang ada di dalam kamar hotel itu. Memperhatikan gerak-gerik tubuhnya yang aduhai indah yang bisa membuat para lelaki bertekut lutut dihadapannya. Setelah mengobrol sekedar basa-basi akhirnya aku masuk kedalam kamar mandinya. Aku mandi untuk menghilangkan penat dan agar grogiku yang kian menjdai tidak terlihat olehnya.

Setelah mendi perasaan itu gak berkurang, aku pakai jubah yang ada disana. Biru muda warnanya, warna kesayanganku. Kumantapkan langkahku keluar dari kamar mandi tersebut. Betapa terkejutnya aku ketika kuliat dirinya duduk didepan meja rias hanya memakai bra dan underwear saja. Putih mulus dan tak ada cacatnya disamping bodinya yang bagus. Heranku jadinya, banyak orang yang mau melakukannya tanpa imbalan uang tetapi kenapa memilihku dan mengiming-imingkan uang yang cukup banyak.

Kudekati dirinya, kukalungkan lenganku dipundaknya dan mencium lembut lehernya yang jenjang. Aroma wangi melati semerbak tercium oleh hidungku membuat detak jantungku merasa nyaman. Kumulai memciumi lehernya dengan lebih cepat, aku lakukan dengan instingku saja tanpa pengalaman. Kurasakan tangannya mulai mengelus-elus lembut tanganku yang melingkar.

Kubalikkan tubuhnya dan kucium lembut bibir yang tipis menantang itu. Merah muda dan semakin manis dengan adanya tahi lalat kecil di sudut bibirnya sebelah kiri. Bibirku kini mulai mencium lembut pipinya dan bergerak kearah kupingnya dan menurun kearah pundaknya.

Kurasakan tubuhnya bergetar dan tanganya mengelus-elus pundakku. Kini bibirku munurun kearah dadanya. Kulihat payudaranya kini mulai mengembang dan semakin memenuhi branya. Payudara yang cukup besar dengan kulit yang putih sehingga warna bra yang hitam semakin kontras terlihat. Tanpa sadar gairahku kini mulai bangkit. Segala pikiran dan kecemasanku menghilang perlahan dan tergantikan instuisi dan gairah yang semakin menigkat.

Kuangkat tubuhnya dan kubaringkan keranjang yang empuk itu. Bed cover yang merah muda semakin menarik dengan adanya tubuhnya di situ. Perlahan-lahan kubuka branya dan kulihat puting payudaranya mencuat dengan warnya yang merah muda agak ketuaan. Perlahan-lahan kuhisap dan kugigit-gigit kecil. Kudengar desah nafasnya yang berat dan lenguhan-lenguhan kecil terdengar dari mulutnya.

Tangannya mulai mengacak-acak rambutku. Dadanya mumbusung dan memberi tanda agar aku lebih agresif lagi. Ciumanku kini mulai turuh danturun kebawah sampai diperutnya. Gerakan tubuhnya mulai tak terkendali dan kakinya mulai membelit badanku.

Kuturunkan celana dalamnya dan kulihat rambut yang masih jarang-jarang terlihat di sana. Gumpalan daging berwarna merah ada celah pangkal pahanya. Ada aroma yang aneh ketika aku menciumnya. Perasaan jijik yang tadi timbul kini tidak lagi terganti rasa penasaran seperti apa rasanya bila aku menjilatinya.

Ketika kujilati, pantatnya naik dan bergoyang-goyang. Keluhan-keluhan yang keluar dari mulutnya kini berganti rintihan-rintihan. Kutanyakan apakan dia kesakitan, gelengan kuterima sebagai jawabannya. Wajah yang kuyu dengan pandangan mata yang nanar terlihat oleh mataku. Lidahku mulai lagi kegiatannya di daerah itu. Rintihan-rintihan kini terdengar lagi. Tak lama kemudian kurasakan ada sedikit cairan keluar dari rongga vaginanya. Dia mengejang sebentar kemudian tubuhny lemas. Aku baru tahu bahwa dia telah orgasme.Kubiarkan dia dengan sejuta sensasi yang dirasakannya dan kubiarkan dia tidur dalam pelukanku.

Kumulai berfikir kembali. Lebih baik aku tidak menerima uang yang ditawarkannya. Bila akuterima aku sama saja menjual harga diriku bila tidak, uang darimana aku bisa dapati. Ditengah-tengah lamunanku kurasakan tangannya mengelus-elus lembut dadaku. Aku hanya memakai jubah mandi dan celana dalam saja. Elusannya kini mulai turun kebawah sedikit demi sedikit. Membuat gairahku naik. Bibirnya kini mulai mencium bibirku dengan lembut. Sensasi yang indah.

Hangat, lembut dan manis terasa keika bibirnya yang lembut bertemu dengan bibirku. Tanganya kini mulai mengelus-elus lembut penisku dari luar celana dalamku. Aku tak mau kalah, tanganku kini mulai meneglus-elus celah vaginanya. Kutemukan ada daging yang kecil memanjang. Kupelintir-pelintir pelan, tubuhnya mengejang hebat. Tangannya masuk kedalam celana dalamku dan mengocok-ngocok lembut penisku.

Kubuka baju dan kuturunkan celana dalamku. Kulihat dirinya yang terbaring dengan damai di atas kasur itu. Setelah semuanya kubuka, kupeluk tubuhnya dan kuposisikan tubuhku diatas tubuhnya. Tangannya menuntun penisku kearah lobang vaginanya. Kugesek-gesekkan sebentar dan secara perlahan-lahan. Pinggulnya bergerak mengikuti kemana rah penisku bergerak.

Setelah cukup, perlahan-lahan aku tekan penisku kedalam vaginanya. Kepala penisku mulai masuk dan terasa hangat, lembut bagaikan sutra. Kutekan lagi danpenisku mulai masuk lebih dalam lagi. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya dan ada kerutan di keningnya. Sakit apa nikmat yang dia rasakan, pikirku. Kutekan lebih keraslagi sampai aku merasa menembus sesuatu, seperti ada kertas tipis yang robek.

Kudengar jeritan pelan. Jangan-jangan dia.. rasa takutku kini mulai menghantui lagi. Kutnyakan apakah dia kesakitan apa masih mau dilanjutkan. Dia hanya mengangguk-angguk dan berbisik ditelingaku agar aku melanjutkannya. Kudiamkan penisku sejenak agar vaginanya dapat menyesuaikan keadaan. Penisku kurasakan hangat dan lembut. Ada gerakan meremas halus dan sedotan-sedotan di dalam vaginanya.


Kugerakkan penisku maju mundur. Lenguhan kudengar semakin menjadi-jadi. Seret dan peret kurasakan penisku bergerak keluar masuk di dalam vaginanya. Lima belas kemudian kurasakan akan ejakulasi. Kutanyakan apakah mau dikeluarkan di dalam atau diluar. Didalam saja jawabnya. Kupacu gerakanku semakin cepat. Tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. Vaginanya mencengkram penisku dan mengurut-urutnya. Pertahananku jebol dan kukeluarkan air maniku di dalam lobang vaginanya. Kudiamkan penisku di dalam vaginanya sampai terlepas sendiri.

Kuperhatikan ada noda-noda darah bercampur air maniku. Takut dan sesal kini terlintas di dalam benakku. Ternyata dia masih seorang perawan dan aku telah merebut kegadisannya. Kubiarkan dirinya tertidur dengan damai dan secara perlahan-lahan kurapikan pakianku dan menyelinap keluar dari kamar hotelnya dengan pikiran kalut aku kembali ke rumah dan merenungi apa yang telah terjadi.

Lebih baik aku tidak menerima uangnya dan handphoneku ku jual untuk biaya berobat ayahku. aku tahu ini yang terbaik tuk kita berdua. apakah aku salah.. Jika aku salah maka apunilah aku.. Untuknya aku minta maaf, bukannya aku tak mau uangmu tapi aku terpaksa tuk menepisnya. Aku tak mau memanfaatkanmu. Sekali lagi maafkan aku. Suatu saat aku akan menghubungimu bila aku sudah siap.

Para pembaca, aku minta saran apa yang harus aku perbuat dan bagaimana aku menghadapinya. apakah aku salah dalam bertindak tetapi apakah aku hanya tak ingin dia terluka oleh sikap dan perbuatanku yang tak bertanggung jawab ini. Silahkan kirimkan kritikan dan sarannya. Sebelumnya aku ucapkan banyak terima kasih dan siapa yang mau berkenalan denganku silahkan hubungi aku saja.

Sebenarnya aku ingin merasakan kenikmatan lagi tetapi aku tak ingin terikat, adakah seseorang yang mau mengajariku setiap teknik bercinta dalam mengejar kebahagiaan sehingga aku bisa membahagiakan pasanganku. Aku ingin banyak kenangan yang tak mungkin terlupa sampai saat aku tua nanti.

Sister junaidah



Aku dan beberapa orang kawanku sedang berbual kosong di depan Unit Kecemasan. Waktu itu sudah petang, kira-kira pukul enam petang. Kebanyakan staf hospital telah pulang kecuali yang bekerja shif petang. Handphone aku tiba-tiba berdering. Aku melihat skrin dan tertera nombor Sister Junaidah. Aku menekan punat hijau dan terdengar suara cemas Sister Junaidah.

“Man, cepat Man. Naik atas.”

“Ada apa sister?”

“Tolong Man, cepat naik.”

Suara Sister Junaidah yang biasa kami panggil Sister Jun kedengaran cemas. Aku rasa pasti ada yang tak kena dengan Ketua Jururawat ini. Aku waktu itu sedang duduk-duduk di bahagian hadapan Unit Kecemasan sebuah hospital. Di situlah tempatku yang bertugas sebagai pemandu ambulans. Aku bergegas ke kuarters kakitangan hospital yang terletak seratus meter dari bangunan hospital. Sister Jun tinggal di tingkat dua Blok B.

Aku segera bergegas menaiki tangga Blok B. Sasampai di tingkat dua aku menuju kuarters yang didiami oleh Sister Junaidah. Aku segera menekan bell dan memanggil nama Sister Junaidah. Pintu terbuka dan aku menerpa kepada Sister Junaidah yang kelihatan pucat wajahnya.

“Ada apa sister?” Aku bertanya dalam nafas semput kerana berlari menaiki tangga.

“Sana.. sana?”

Aku melihat ke arah yang ditunjuk Sister Jun. Kelihatan pintu bilik utama terbuka. Aku kembali melihat Sister Jun yang masih menggigil dan berwajah pucat. Dia mengangguk ke arahku. Aku bergerak pantas ke bilik yang terbuka dan terdengar air pancuran dari bilik air. Aku bergegas ke bilik air dan meninjau ke dalam. Di penjuru bilik terdapat selingkar ular berwarna hitam. Aku kembali keluar dan menuju ke dapur. Aku melihat sebatang mop di penjuru dapur. Aku capai batang mop dan kembali ke bilik air. Ular sepanjang dua kaki itu aku pukul hingga mati. Air pancuran dari shower aku tutup. Basah bajuku terpercik air.

“Dah mati sister.”

Tiba-tiba saja Sister Jun yang masih terketar-ketar menerpa ke arahku. Badanku dipeluk bagaikan anak kecil yang sedang ketakutan memeluk ibunya. Aku terpinga-pinga dengan tindakan tak terduga dari ketua jururawat itu. Aku hanya membiarkan saja, tak berani membalas memeluk ketua jururawat yang cantik ini. Siapalah aku, seorang pemandu ambulans yang mentah.

Aku rasa badanku dipeluk makin erat oleh Sister Junaidah. Dengan suara yang terketar-ketar dia memberitahu yang dia amat phobia dengan ular. Ketakutan yang melampau kepada reptilia itu tidak boleh dihilangkan. Dia perlu seseorang supaya semangatnya kembali pulih. Pada ketika ini aku sajalah tempat dia mengharapkan kekuatan bagi memulihkan phobianya itu.

Aku membiarkan saja Sister Junaidah memelukku. Sister kacukan melayu-cina ini sungguh cantik. Kulitnya putih kekuningan dengan wajahnya penuh dengan keayuan. Ini membuatkan aku dan kawan-kawan sering menelan air liur apabila memandangnya. Penampilannya yang menarik, prestasi yang hebat, sentiasa menonjol dalam segala segi membuat wanita yang bernama Junaidah ini pantas melangkah sebagai ketua jururawat. Dalam usia 30 tahun dia telah diberi kepercayaan mengetuai sebilangan jururawat yang lebih berusia darinya.

Sister yang telah setahun menjanda kerana kematian suami akibat kemalangan jalan raya ini digilai oleh ramai orang, jejaka, suami orang, duda malah doktor pakar juga ingin mendekati Sister Junaidah. Tapi sehingga hari ini tiada siapa yang mampu memiliki hati ketua jururawat yang cantik ini.

Selepas seketika Sister Junaidah memelukku baru aku perasan yang dia hanya mengenakan tuala saja di badannya. Rupanya Sister Junaidah baru saja hendak mandi bila dia terkejut dengan ular yang terdapat dalam bilik airnya. Aku juga hairan macam mana ular tersebut boleh naik ke tingkat dua kuarters blok B yang didiami Sister Junaidah.

‘Bukan sahaja rupamu sahaja cantik tetapi tubuhmu juga membuatkan siapa sahaja yang melihat pasti akan terliur dibuatnya’, aku berfikir dalam hati melihat sosok badan Sister Junaidah yang berada dalam pelukanku. Aku memberanikan diri mengusap lembut belakang Sister Junaidah. Sister muda ini hanya memejamkan sahaja matanya apabila aku mengusap-ngusap lembut rambutnya dan memcium lembut dahinya. Melihatkan tiada bantahan dan tepisan daripadanya, aku memberanikan diri untuk mendapatkan bibirnya yang merah memekar.

Perlahan-lahan bibirku dan bibirnya bertaut menjadi satu, terdengar nafasnya tidak keruan dan kelemasan. Kedengaran renggekan Sister Junaidah bila aku mengulum-ngulum lidahnya dan dia mula membalas dengan menyedut dan memain-mainkan lidahku. Terlepas dari bibirnya yang merah mekar itu, kujilat telinganya dan Sister Junaidah mengerang kegelian. Kulihat Sister Jun semakin kuat menarik
rambutku bila ku jelajahi lehernya dan menyedut-nyedut lehernya yang putih jinjang itu. Tanganku kini berjalan mencari punca pengikat tuala yang dipakainya, dengan mudah terlorotlah tualanya dan tersergamlah segalanya apa yang diselindungi dan dibalutinya.

Sememang Sister Jun yang tadinya hendak mandi telah menanggalkan segalanya dari badannya. Tidak dapat kuceritakan betapa hebatnya nafsuku memuncak bila melihat dua puncak bukit yang tersergam indah dengan benjolan merah kehitaman di tengah-tengah bukit itu. Kini kususuri pula perjalananku menerokai bukit kembar itu untuk mencari sebuah kenikmatan yang tidak pernah kuimpikan sebelum ini. Seperti anak kecil yang kehausan, kusedut, kugigit dan kuusap-usap sehingga daging lembut dan kenyal itu. Sister Jun kini semakin hilang rasa malunya dan mula bertindak membalas pergerakkanku, bajuku yang sejak tadi sudah basah segera dibukanya dan kini tangannya cuba pula menanggalkan seluarku dan aku turut serta membantu membuka pakaianku, dan tersembullah keluar adik kecilku yang sememangnya dari tadi ingin keluar dari sarangnya.

"Wah! besar dan panjangnya batang you Man."

Sister Jun yang seakan terperanjat melihat batangku yang beukuran hampir 7 inci panjangnya kini hanya menanti untuk merasai pelayaran baru. Dia membelek-belek batangku yang keras terpacak dan berdenyut-denyut. Digenggam dan diramas dengan penuh geram batang zakarku yang masih teruna.

“Man, awaklah orang pertama yang bersama I selepas husband I meninggal.”

Kini kami berdua sama-sama berdiri di dalam sebuah bilik tanpa seurat benang pun menyalutinya, ku angkat tubuhnya ke tilam, dengan kedudukan 69" Sister Jun yang berpengalaman mula memainkan peranannya, selepas puas meramas-ramas batangku kini sedikit demi sedikit batangku dimasukkan ke dalam mulutnya. Aku yang belum pernah bersama perempuan sebelum ini hanya membiarkan saja.

"Bluup... Bluupp" terdengar apabila ia menyorong dan menarik batangku ke mulutnya. Aahhh... terasa aku betapa nikmatnya batangku bila dibelai oleh mulut comel yang hangat. Selama ini aku menggunakan tangan mengusap batangku dan itupun terasa nikmat. Inikan pula mulut suam kepunyaan wanita yang cantik dan menarik. Aku bagaikan terbang di langit biru kerana terasa nikmatnya.

"Ohhh... Sister Jun sedapnya."

Aku yang mentah ini cuba mencari-cari sebiji berlian kecil yang tersembul keluar di balik semak-semak halus yang dijaga rapi oleh seorang wanit yang menjadi pujaan ramai. Daging kecil berwarna merah di sudut alur yang mula basah aku belai dengan jariku. Kemudian aku jilat dan aku kulum dengan geramnya. Pertama kali aku berhadapan dengan taman rahsia seorang wanita.

Kini giliran Sister Jun pula ku lihat bagaikan orang sedang meratip. Sekejap ke kanan, sekejap ke kiri kepalanya menahan kegelian dan kenikmatan apabila aku menjilat-jilat biji kelentitnya dan tanganku mengorek-ngorek lubangnya yang sudah banjir dari tadi. Setelah puas kugali biji sakti, lidahku beralih ke cipapnya dan tanganku terus meramas-ramas payudaranya. Aku lihat punggungnya terangkat-rangkat dan badan keras mengejang.

"Argghhh.. Man I sudah nak terpancut ni."

Terasa badan dan punggung Sister Jun bergetar dan dia menekan kuat mukaku ke cipapnya. Beberapa saat kemudian mukaku bagaikan disiram dengan air suam, basah mukaku dengan air yang membuak-buak keluar dari lubuk keramat Sister Junaidah. Aku menjilat dan menyedut cairan lendir tersebut. Terasa masin dan payau tekakku apabila kujilat air hangat tadi sehingga habis bersih cipapnya, semakin lama aku jilat terasa sedap rasanya.

"You memang hebat Man, I tak pernah rasa dijilat sebegini hebat."

"Sister tak pernah rasa dijilat ke?"

“Belum pernah, bekas suami I tak pernah melakukannya.”

“Saya pun baru pertama kali melakukannya.”

“Jadi you belum pernah bersama perempuan?”

“Saya masih teruna, Sister Jun.”

“Bertuah I kalau boleh dapat teruna you. You mau Man?”

“Mau kalau sister sudi.”

Sister Jun membelai batangku dengan tangannya. Puas dengan tangan dia membelai dengan mulutnya. Aku kegelian. Kata Sister Jun dia geram dengan batangku yang besar dan panjang. Katanya lagi dia teramat geram dengan kepala zakarku yang lonjong dan besar.

“Man, you masukkan burung you dalam sarangnya.”

Sister Jun tidur dalam keadaan menelentang di tilam sambil membuka pahanya luas. Sister Jun mengangkang kakinya mempersilakan aku memulakan pelayaran. Hanya berdasarkan pengalaman melihat VCD lucah aku merangkak ke celah kangkang Sister Jun. Aku merapatkan kepala zakarku ke celah lurah yang merkah merah. Aku tekan perlahan-lahan hingga bahagian kepala mula terbenam ke dalam lubang nikmat Sister Jun. Sister Jun mengayak-ngayak punggungnya supaya zakarku mudah masuk. Semakin lama aku sorong dan tarik semakin dalam batangku menyelam. Terdengar suara erangan keluar dari mulut Sister Jun.

"Aahh... Iiihhh... uuhhh..."

Irama nikmat bersilih ganti kedengaran dari mulut kami berdua. Aku makin laju mendayung. Sister Jun makin kuat mengayak. Diangkat-angkat punggungnya supaya badanku rapat ke badannya. Sambil mendayung aku meramas dan mencium teteknya yang masih cekang. Aku geram dengan bau badan Sister Junaidah yang harum dan memberahikan.

“Man, burung you sungguh besar, I rasa sungguh sedap.”

“Lubang sister pula sungguh sempit dan ketat. Sister pandai kemut, saya rasa teramat sedap. Saya belum pernah rasa sesedap ini.”

"Laju Man laju, I dah nak keluar ni."

Sister memeluk badanku erat. Badannya mula bergetar dan menggigil. Pahanya memeluk punggungku kemas dan mengalirlah air hangat menyiram kepala pelirku. Sudah dua kali Sister Jun mencapai orgasmenya manakala batangku sudah tak mampu bertahan lagi. Aku mempercepatkan dayunganku bila terasa maniku mula berkumpul untuk memancut keluar.

"Sister, saya dah nak pancut. Dalam atau luar?"

"Di dalam sahaja, sudah lama I tak rasa."

Aku menghentak kuat tundun Sister Jun. Terasa kepala pelirku menyondol pangkal rahim Sister Jun. Sister Jun menjerit kuat kerana nikmat. Croot.. croot.. terpancutlah segala peluru jernihku di dalam lembah keramat Sister Jun dan keluarlah juga lelehan air hangat menyimbah-nyimbah di batangku.

Aku terkulai keletihan kerana pelayaranku telah sampai ke destinasinya. Tergadailah terunaku kepada ketua jururawat cantik di hospitalku. Aku terkulai lemah dan terbaring keletihan di sebelah Sister Junaidah di dalam bilik tidurnya yang luas dan dihias cantik. Aku memeluk Sister Junaidah dan kami terlena kepuasan.

Bila aku terjaga aku dapat merasakan tangan lembut Sister Jun sedang membelai batang pelirku yang separuh tegang. Merasakan kehangatan tangan wanita cantik yang sedang meramas-ramas batangku maka secepatnya zakar tujuh inciku kembali mengembang.

“Sister, saya nak sekali lagi.”

“Nakal you Man. Bagi betis nak paha.”

“Betis sister cantik, paha sister lagi cantik, taman sister teramat indah.”

Sister Junaidah mencubitku manja. Aku memeluk dan mencium wajahnya dan mengulum bibirnya yang indah. Sekali lagi kami belayar menuju pantai nikmat.

Anak jiran

Selepas habis peperiksaan STPM dan sementara menunggu keputusan aku bekerja sementara sebagai pembantu di sebuah pusat asuhan kanak-kanak. Di tempat itu aku kadang-kadang diberi tanggung jawab sebagai guru mengajar kanak-kanak tersebut. Biasanya aku ditugaskan mengajar mata pelajaran bahasa inggeris dan matematik.

Aku menyewa di sebuah rumah teres yang berdekatan dengan tempat kerjaku. Jaraknya hanya beberapa ratus meter sahaja dan biasanya aku berjalan kaki saja ke tempat kerja. Pada suatu hari rumah kosong di sebelah rumahku sudah ada penghuni baru. Jiran baruku itu ialah sepasang suami isteri yang mempunyai anak lelaki tunggal. Amir, demikian nama anak lelaki tersebut baru berumur 12 tahun dan menuntut di tahun enam sekolah rendah berhampiran taman perumahan tempat tinggalku.

Aku bertuah kerana mendapat mereka sebagai jiran. Mereka sangat peramah dan tidak kurang juga sangat mengambil berat. Pernah sekali mereka tolong mengangkat pakaianku di ampaian kerana hujan bakal turun. Jiranku yang kupanggil Kak Norehan dan Abang Salim itu telah menganggap aku sebagai adik mereka.

Aku tinggal seorang diri dan selalu balik ke rumah waktu tengah hari. Kalau rajin aku akan memasak untuk makan tengah hari. Aku jarang membeli makanan luar kerana kebanyakan makanan luar tidak sesuai dengan seleraku. Dan lagi perutku yang sensitif ini tidak tahan dengan makanan yang diproses kurang bersih. Kak Norehan dan Abang Salim jiranku pula kedua-duanya bekerja sebagai kakitangan kerajaan dan mereka pergi kerja seawal enam pagi dan pulang hanya selepas pukul 7 malam. Hanya anak mereka Amir yang ada di rumah selepas tamat waktu persekolahan pukul dua petang.

Dipendekkan cerita, semasa aku dan Kak Norehan berbual kosong pada suatu petang, aku mendapat tahu yang anaknya Amir hanya makan tengah hari sekiranya dia rajin membeli di warung dalam perjalanan pulang dari sekolah. Sekiranya Amir terlupa untuk membeli makanan tengah hari, dia akan tunggu makan malam dengan ibu bapanya.

Kasihan pula aku mendengarnya. Kebetulan pula aku hanya makan tengah hari seorang diri di rumah. Jadi aku memberi cadangan yang Amir boleh singgah sekejap di rumahku selepas balik dari sekolah untuk makan tengah hari. Pada mulanya Kak Norehan berkeras menolak cadanganku. Tapi bila aku mendesak maka Kak Norehan bersetuju dengan cadanganku. Dia akan membayar kepadaku atas khidmat sukarelaku itu. Dan lagi dia rasa Amir ada yang memerhatikan jadi dia dan suami taklah risau sangat.

Minggu pertama Amir di rumahku, dia datang selepas balik sekolah kira-kira pukul dua petang dan pulang selepas habis makan kira-kira 30 minit selepas itu. Amir agak tinggi orangnya dan berkulit putih macam ibunya tapi agak pemalu. Apabila bercakap denganku dia selalunya menundukkan kepala. Mungkin juga dia belum biasa denganku dan anak kesayangan ibunya.

Semakin lama kami semakin rapat. kini Amir akan pulang ke rumah selepas menonton DVD ataupun membaca majalah di rumahku. Aku pun sudah biasa dengan kehadiran Amir. Rasa seperti adik sendiri pulak. Apalagi adik-adikku tinggal bersama ibuku di bandar lain yang jaraknya kira-kira 60 kilometer.

Pada suatu hari Amir sedang menonton DVD kegemarannya di ruang tamu ketika aku mengambil keputusan untuk mandi. Seperti biasa aku akan menutup pintu bilik dan menanggalkan pakaian untuk mandi. Tetapi pada hari itu entah macam mana pintu bilikku tidak tertutup rapat seperti biasa. Aku hanya menyedari ada sepasang mata di celah pintu apabila aku sedang berjalan ke pintu dalam keadaan bogel untuk mengambil tuala yang kusangkut di belakang pintu. Terkejut dengan keadaan itu aku menendang pintu itu dan terus ke bilik mandi. Mandiku pun terasa seperti tidak basah kerana terasa geram bercampur malu terhadap Amir.

Keluar sahaja dari bilik mandi dengan masih berkemban aku terus meluru ke arah Amir di ruang tamu. Kali ini aku bertekad untuk memarahinya sedikit sebanyak. Sebaik sahaja aku buka pintu bilik aku lihat Amir tengah duduk memeluk lutut di atas lantai sambil mulutnya menyebut 'mintak maaf', 'mintak maaf' berulang-ulang kali. Tiba-tiba hilang rasa marah malah sekarang timbul rasa kasihan. Aku duduk di sebelahnya dan bertanya kenapa dia buat macam tu.

“Amir tak sengaja kak. Amir nak ketuk pintu nak beri tahu Amir nak balik.” Jawabnya tergagap-gagap.

Bukan salah Amir, fikirku. Aku yang salah kerana tidak hati-hati menutup pintu tadi. Amir kelihatan takut bercampur terkejut. Aku rasa Amir dalam keadaan lagi teruk berbanding aku. Seumur hidupnya dia tidak pernah melihat badan perempuan, tiba-tiba hari ni dia melihat sebentuk tubuh yang bertelanjang bulat di depannya.

“Tak apalah, bukan salah Amir. Kakak yang tak tutup pintu dengan rapat.” Aku memujuk Amir.

Aku terduduk di sofa di belakangnya dan kemudian aku menarik Amir untuk duduk di sebelahku. Lama kami terdiam, aku ambil remote control dan buka saluran kegemaranku. Aku cuba memulakan perbualan untuk melupakan peristiwa tadi. Lama selepas itu barulah aku melihat Amir pulih dari terkejutnya dan mula hendak bercakap.

Tetapi perangainya kini sedikit lain. Ketika bercakap denganku, matanya sekejap-sekejap akan memandang ke arah dadaku. Baru aku teringat yang aku masih lagi berkemban. Sudah lama aku berkemban dan tuala yang kupakai sudah longgar menampakkan lurah buah dadaku. Anehnya aku juga merasakan sesuatu. Selepas ku tahu Amir sedang menjeling ke arah dadaku, puting buah dadaku mula menegang.

Aku kasihan pada Amir. Aku tau dia masih budak dan dipenuhi dengan perasaan ingin tahu. Aku pula kerana peristiwa tadi sudah mula stim. Nak tunggu boyfriendku balik dari oversea bermakna perlu tunggu lagi setahunlah. Lalu aku tanyakan padanya apa yang dia lihat tadi. Dia hanya menunduk tidak menjawab. Amir hanya membisu.

"Amir nak tengok lagi?" Aku menduga dan mengacah Amir.

Amir kelihatan tersentak dan serta merta memandang mukaku. Aku mengangkat kening untuk mendapat kepastian. Aku dapat lihat mulut Amir sedikit terketar-ketar seperti ingin mengatakan sesuatu.

“Boleh ke?”

Aku menyandarkan belakangku di sofa. Amir dari tadi lagi duduk disebelahku dengan badannya menghala ke arahku. Aku teringat balik ketika aku buat oral sex dengan boyfriendku kira-kira 6 bulan lepas. Di tempat yg sama, cuma orang berlainan. Aku sudah stim dan akan aku gunakan Amir untuk penuhkan nafsuku.

Amir dari tadi tak bergerak-gerak, terkejut agaknya. Aku meninggikan dadaku dan mengeliat di hadapan Amir. Aku beri isyarat mulutku ke arah buah dadaku. Selepas itulah baru Amir menggerakkan tangannya ke arah tuala yang kupakai. Amir membuka tuala yang melekat di tubuhku dengan sangat perlahan. Padahal bukannya susah. Sekali tarik sahaja akan buat tualaku itu terlondeh. Tapi aku biarkan. Aku ingin lihat apa yang Amir fikir dan buat pada pertama kali.

Tualaku sudah terbuka. Kini badanku ditatap oleh Amir yg masih duduk di sebelahku. Matanya terbeliak memandang buah dadaku yg tegang. Aku boleh rasakan yang buah dadaku betul-betul tegang pada masa itu. Putingku juga tegang dan tajam ke hadapan seolah-olah ingin tercabut keluar. Sementara itu aku silangkan kakiku. Aku tidak bersedia untuk menunjukkan cipapku pada Amir. Kelihatan hanya bulu-bulu tundun berbentuk 3 segi di kawasan cipapku.

Aku kemudian mengeliat sekali lagi dan meletakkan kedua-dua belah tanganku di atas kepala. Aku kmudian menyuruh Amir buat apa sahaja yang dia nak. Kali ni dia tidak menolak. Dia duduk makin rapat ke arahku hingga badan kami bersentuhan. Dia terus memegang kedua-dua buah dadaku dengan tangannya. Dia cuba mencekup buah dadaku tapi tidak muat memandangkan tangannya yang kecil. Selama beberapa minit Amir membelek-belek buah dadaku. Diangkat yang kanan, ditarik-tarik puting yang kiri. Aku biarkan sahaja. Sebenarnya cipapku sudah mula basah.

Kerana tidak tertahan aku tanyakan pada Amir samada dia ingin menjilat atau tak. Amir seperti terkejut. Agaknya dia fikir aku akan keluarkan susu. Aku katakan padanya yang orang dewasa juga hisap tetek. Dia lantas menghalakan mulutnya ke arah putingku sebelah kanan. Semasa menyonyot putingku, tangan kirinya meraba buah dadaku sebelah kiri. setelah aku rasa puting kanan ku sakit aku suruh dia berubah ke puting kiri pulak. Berulang kali putingku dinyonyot.

Tak terkata betapa enaknya bila tetekku dinyonyot. Keenakan itu menjalar di sekujur tubuhku hingga air maziku makin banyak keluar dan membasahi cipapku. Ketika Amir masih lagi menyonyot putingku, aku tolak badannya dan aku selimutkan balik badanku dengan tuala. Aku buat jula mahal. Amir terpinga-pinga dengan tindakan spontanku itu. Aku katakan padanya yang aku boleh rahsikan apa yang dia buat dengan syarat dia kena jilat cipapku. Amir buat muka tidak selesa. Agaknya dia tak pasti dan kebingungan, sepertinya dia tidak tahu yang cipap boleh dilayan dengan pelbagai cara. Kalau boyfriendku pulak, time aku offer cipapkulah time yg dia paling happy.

Nak tak nak Amir terpaksa akur. Aku bukakan kembali tualaku dan aku suruh Amir duduk di bawah, di hadapanku. ketika Amir di hadapan aku kangkangkan kakiku. Sekarang aku betul-betul berbogel bulat di depan Amir. Amir dapat melihat jelas semua barang sulit padaku. Amir katakan padaku dia tidak tahu nak mula dari mana. Baginya inilah pertama kali dia melihat kemaluan perempuan secara dekat.

Aku pegang kepalanya dan aku halakan ke arah cipapku. Aku lihat hidungnya tertusuk di tengah cipapku. Kemudian aku suruh Amir jilat-jilat bahagian itu. Amir menggunakan tisu untuk lap air yang keluar. Aku rasa agak terganggu ketika dia berhenti untuk mengelap jadi aku suruh dia jilat dan telan. Jangan kisahkan air itu. tidak lama selepas itu aku rasa aku hampir klimaks. Aku memberitahu Amir yg aku akan pancut pada mukanya. Dia tak menghiraukan aku. Akhirnya, ketika Amir tengah menjilat-jilat keletitku, aku pancutkan air yang sangat banyak dan laju ke arah muka Amir. Amir terhenti dan berundur sedikit kerana terkejut. Dia meludah-ludah air yang sedikit sebanyak termasuk ke dalam mulutnya. Aku betul-betul puas. Sudah 6 bulan aku tidak merasa dijilat sejak kekasihku keluar negara. Hari ni aku ada seseorang untuk lancapkan aku.

Aku lihat seluar Amir agak membengkak. Aku raba bahagian pahanya dan terasa ada benda keras di dalamnya. Serta merta aku tahu yang itu adalah koneknya. Aku suruh dia buka zip dan keluarkan koneknya, tapi dia menolak kerana segan.

“Tadi Amir telah lihat kakak punya, sekarang giliran kakak tengok Amir pula.”

“Malulah kak.”

“Tadi kakak tak malupun bila Amir tengok kakak punya.”

Dia pun dengan perlahan membuka zip seluarnya. Aku teramat terkejut bila melihat konek Amir yang telah tegang. Ukurannya agak besar padahal umurnya baru 12 tahun. Sekali pandang ukurannya hampir menyamai konek boyfriendku. Dan bertambah terkejutku bila bentuknya berlainan dengan konek kekasihku. Rupa-rupanya Amir belum bersunat. Kulit kulup masih menutup bahagian kepalanya. Aku gentel-gentel koneknya menggunakan jariku. boleh tahan hebatnya ketegangan konek Amir.

“Kenapa Amir belum bersunat?”

“Amir takut sakit.”

“Budak lelaki sebesar Amir sepatutnya dah berkhatan. Tengok burung Amir dah besar ni.”

“Kalau tak bersunat tak boleh ke kak?”

“Kita orang Islam kena bersunat supaya burung sentiasa bersih.”

“Abah pun tak bersunat kak.”

“Mana Amir tahu?” Aku bertanya kehairanan.

“Amir pernah tengok waktu abah mandi.”

Sekarang baru aku tersedar yang Abang Salim adalah seorang mualaf cina. Dia memeluk islam sewaktu berkahwin dengan Kak Norehan. Kerana kulitnya tidaklah putih seperti cina lainnya maka aku terlupa yang Abang Salim berketurunan cina. Apalagi bahasa melayunya sungguh fasih hingga aku tak sedar akan keturunannya.

Sementara aku main-mainkan jariku di konek Amir, tangan Amir tak henti-henti meraba buah dadaku. Sama seperti boyfrindku pada kali pertama dia memegang dadaku. Jadi, aku biarkan sahaja.

“Amir pernah melancap?” Aku bertanya.

“Melancap tu apa kak?” Amir kembali menyoalku.

Aku sendiri tidak tahu bagaimana untuk melancap konek yang berkulup. Kalau boyfriendku, aku tahu yang kelemahannya ialah di kepala koneknya yang seperti kudup cendawan itu. Tapi konek budak ini tak ada kepala. Hanya beberapa kedut kulit lebih di hujung koneknya. Aku cuba memegang dan meramas batangnya yang agak besar. Aku lurut dan gerakkan tanganku ke bahagian pangkal koneknya dan tiba-tiba kepala warna merah terdedah. Rupanya kudup cendawan itu bersembunyi dalam kulit kulup. Besar juga kepala merah yang bersinar itu.

Aku terus menggentel dan melancap batang Amir. Kepalanya yang merah itu sebentar kelihatan sebentar tertutup. Berkali-kali aku lakukan hingga terdengar suara Amir menyuruh aku berhenti kerana dia rasa seperti hendak kencing.

“Kak, saya rasa nak kencing.” Terdengar suara Amir.

Aku tahu apa yang akan berlaku. Itu menandakan Amir juga sudah hampir klimaks. Aku katakan padanya yang dia tidak perlu risau dan perasaan itu ialah normal. Aku teruskan lancapan dan akhirnya terpancut dengan lajunya cairan pekat warna putih membasahi sofa. Amir menggigil seperti orang demam kura sewaktu dia melepaskan beberapa das pancutan. Beberapa saat kemudian konekya mengecil dan melembik di tanganku. Amir terduduk di sofa keletihan.

Aku kemudiannya menyuruh Amir pulang setelah melihat jam di dinding. Ternyata kali inilah paling lama Amir berada di rumahku. Aku puas dan aku rasa Amir juga puas selepas dia memancutkan maninya itu.

Keesokkannya Amir datang lagi seperti biasa. Amir kelihatan ceria dan tidak malu-malu lagi. Kali ini dia merengek-rengek meminta dialakukan seperti semalam. Aku sudah tentulah jual mahal. Tapi lama kelamaan aku beri juga. Aku berbogel dan dia akan buat apa sahaja yang dia nak. Sementara itu aku akan baca novel atau menonton tv sementara Amir menjilat dan mengisap cipapku. Bila aku klimaks dan puas maka sebagai balasan aku melancap batang Amir hingga dia terpancut keenakan.

Hampir setiap minggu buah dadaku akan digomol Amir. Aku sudah terbiasa dengan keadaan itu. Sehinggalah pada satu hari aku ingin mencuba batang muda ini. Kepalanya yang berwarna merah bila kulupnya ditarik merangsang nafsuku. Aku ingin mencuba kepala merah ini. Aku mula melancapkan konek Amir dengan mulutku pula. Aku hisap dan nyonyot batang Amir hingga dia memancutkan maninya dalam mulutku. Aku telan cairan hangat yang berlendir tersebut.

Pada hari lainnya pula aku terasa ingin menikmati lebih jauh batang Amir yang sentiasa keras. Selepas cipapku basah dihisap dan dijilat oleh Amir maka kuarahkan Amir agar berbaring di atas permaidani di ruang tamu. Sekujur tubuh remaja tersebut terbaring di lantai. Konek Amir terpacak keras seperti tiang bendera. Aku mengambil inisiatif kerana Amir belum berpengalaman.

Kuurut-urut konek keras. Kuamabil kondom di dalam laci meja untuk disarungkan ke konek keras. Kondom ini dibawa oleh kekasihku tapi kami belum sempat mencubanya. Kukoyak bungkusnya dan terbuka kondom berbentuk duit siling berbingkai. Kondom saiz M berminyak dan mempunyai muncung kupegang. Aku tak mahu mengandung. Kutahu konek tak berkhatan lebih sensitif daripada konek berkhatan. Mereka akan cepat pancut kerana terlebih geli. Jadi bagi melayan Amir yang masih mentah, aku melurut kulupnya supaya menutup kembali kepala licin. Sekarang hampir seluruh kepala konek tertutup semula. Dengan cara itu mengurangkan sedikit kegelian pada kepala konek.

Sekarang kusarungkan kondom ke batang keras. Kondom membungkus batang keras dengan kulup tetap utuh menutup kepala konek. Kondom saiz M hanya menutup seluruh konek Amir hingga ke pangkal. Bahagian hujung kondom terjulur seperti puting tetek.

Badan Amir aku kangkangi. Mukaku menghadap Amir. Tetekku yang pejal tergantung kemas di dadaku. Amir geram melihat tetek berkembarku yang sedang mekar. Aku menurunkan badanku pelan-pelan. Muara cipap merah basah merapati batang coklat muda keras terpacak terbungkus getah nipis. Batang Amir menunggu penuh sabar. Bibir halus cipapku mengelus-elus lembut kepala licin berkilat. Muara yang telah lembab mengucup lembut kepala licin hitam berkilat berbungkus getah nipis.

Amir melihat bibir merah basah mula menelan batangnya. Punggungku makin rendah hingga seluruh kepala zakar Amir berada dalam lubang hangat. Cipapku mengemut pelan. Aku turunkan lagi pantatku. Seluruh batang keras Amir terbenam ke gua keramatku. Terasa sedikit sakit sewaktu kepala konek Amir menerobos selaput daraku. Aku cuba bertahan hingga kemudiannya rasa sakit berganti sedap.

Tetekku dipegang dan diramas lembut. Kedua-dua tangan Amir bekerja keras. Tangan lembut budak kacukan cina-melayu membelai tetek pejal berkulit halus kepunyaanku. Aku rasa keenakan bila tetekku diramas.

Punggungku kugerak naik turun dengan laju. Ku perlahankan gerakan bila terlihat Amir akan pancut. Kucuba kawal agar Amir tidak terasa amat geli. Kutahu kulit kulupnya mengurangkan sedikit kepekaannya. Aku ingin menikmati keenakan selama yang boleh. Batang besar Amir penuh padat mengisi rongga sempitku. Aku mengemut makin laju.

Selepas 10 minit Amir tak tertahan, badannya bertambah kejang, maninya berkumpul dihujung konek, pancutan tak terkawal lagi. Amir melepaskan pancutan dalam cipapku yang lembab, tapi maninya terkumpul di hujung belon getah yang dipakainya. Enam das dtembaknya.

Tiba-tiba aku menjerit keras, “Ahh.... Ohhh....Arghhh... enak Amir, enak”. Cairan panas menyirami kepala konek Amir. Aku mengalami orgasme kali kedua. Lututku terasa lemah. Kepala konek basah kuyup disirami air nikmat.

Aku benar-benar puas. Aku terkulai lemas di dada budak berusia 12 tahun. Selepas tenagaku pulih, aku bangun. Konek coklat muda terkulai lemas di paha. Kondom yang berisi cairan putih pekat kucabut.

Hari-hari berikutnya Amir telah sentiasa mengganti kekasihku memenuhi keperluan nafsuku. Aku benar-benar puas. Konek remaja yang masih berkulup itu terasa nikmat juga. Sejak itu aku tak pernah lagi bertanya bilakah Amir akan bersunat.

Pak salim


Malu, sungguh malu. Ibu menangis tersedu-sedu bila mendengar peneranganku. Aku juga menangis mengenang nasib diriku. Aku terasa sungguh hina diriku ini. Ayah tempat kami menumpang kasih telah menodaiku, anaknya sendiri. Kejamnya ayah kerana sanggup menghancurkan masa depan anak perempuannya. Aku pada mulanya ingin merahsiakan perkara ini tapi bila aku telah terlambat datang bulan maka kepada ibulah aku mengadu.

Sehabis sekolah aku telah ditunangkan dengan seorang pemuda yang bertugas sebagai guru. Pemuda tersebut adalah anak kawan ayah. Kedua keluarga telah bersetuju untuk mengadakan majlis perkahwinan pada tahun depan, 12 bulan akan datang. Alasannya kerana keluarga kami yang kurang mampu memerlukan masa untuk mengumpul wang bagi keperluan kenduri kahwin. Aku juga memutuskan untuk bekerja sebagai cashier di sebuah supermarket ternama.

Akibat kejadian yang merenggut maruahku itu dan demi menjaga maruah keluarga maka ibuku memutuskan untuk mempercepatkan perkahwinanku. Ibuku tak mahu menanggung malu jika keluarga tunangku mengetahui yang aku telah hamil sebelum bernikah. Ibu membuang rasa malunya dengan mengunjungi keluarga tunangku dan memohon agar majlis perkahwinan dipercepat. Tanpa banyak soal keluarga tunangku bersetuju.

Pada waktu itu keluargaku memang tidak mempunyai wang untuk mengadakan majlis kahwin. Sekali lagi ibuku terpaksa membuang perasaan malunya dengan mengadu nasib kepada Pak Salim, majikannya. Untunglah Pak Salim memahami nasib kami dan bersedia memberi hutang kepada ibu. Ibu bolehlah membayar secara ansuran hutang tersebut.

Pagi itu Pak Salim datang ke rumah kami dan berjumpa ibu. Pak Salim mengajakku untuk ke pekan bagi membeli serba sedikit keperluan untuk persedian kenduri. Selepas meminta izin dan bersalam dengan ibu aku pun bertolak ke bandar dengan menaiki kereta Toyota Avanza kepunyaan Pak Salim. Pak Salim tersenyum apabila melihatkan wajahku yang berseri-seri kerana keseronokan. Memang pun aku seronok memikirkan arang yang tercalit di muka dapat dihapuskan dengan pertolongan Pak Salim yang budiman.

“Along, jaga diri baik-baik. Jaga perasaan Pak Salim, jangan sakiti hatinya. Pak Salim adalah dewa penolong kita.” Itulah pesanan ibu sebelum aku berangkat tadi.

Dalam perjalanan itu Pak Salim banyak bercerita tentang arwah isterinya dan kisah-kisah lampaunya. Aku pula lebih banyak mendengar dari bercakap, cuma sesekali aku ikut tertawa apabila Pak Salim membuat jenaka. Pak Salim mengakui sangat rindu apabila terkenangkan masa mudanya bersama arwah isterinya. Apabila sampai di pinggir bandar, Pak Salim menyuruh aku memakai tali pinggang keledar kerana bimbang disaman. Melihat aku terkial-kial memakai tali pinggang keledar tersebut maka terpaksalah Pak Salim membantuku. Semasa memakaikan tali pinggang itu, beberapa kali tangan Pak Salim bergesel dengan buah dadaku yang agak membonjol di balik baru kurungku. Sepanjang perjalanan aku perasan juga mata Pak Salim kerap menjeling kearah buah dadaku.

Pak Salim membawa aku membeli-belah di sebuah pasaraya yang besar dan juga butik bersebelahannya. Dia membelikan beberapa pasang baju kurung, kain ela untuk dibuat baju dan seutas jam tangan. Selesai membeli-belah Pak Salim membawaku makan di sebuah restorans makanan segera yang besar. Kami makan ayam dan kentang goreng sehingga kenyang. Selepas itu Pak Salim mengajak aku bersiar-siar di kawasan rekreasi yang terdapat berhampiran pusat membeli-belah itu. Sambil berjalan Pak Salim memegang tanganku dan menyuruh aku memeluk lengannya yang pejal dan banyak bulu itu. 

Aku juga perasan Pak Salim kerap menggeselkan lengannya pada bonjolan buah dadaku. Sesekali apabila tiba di kawasan yang tiada orang Pak Salim akan menarikku rapat kepadanya sambil tangannya menggosok-gosok lembut punggung ku. Aku terasa geli diperlakukan begitu oleh Pak Salim.

Menjelang petang barulah Pak Salim mengajak aku untuk pulang. Kali ini dalam perjalanan Pak Salim kurang bercakap tetapi aku perasan ekor matanya semakin kerap menjeling ke arah dadaku. Hinggakan kadang kala Pak Salim seperti hilang tumpuan ketika memandu. Beberapa kali kereta yang dipandunya itu tergelincir ke bahu jalan. Sesekali dia resah sambil membetulkan sesuatu di celah kelangkangnya. Bila hampir memasuki kampung kami Pak Salim membelok ke rumahnya. Dia menyuruh aku masuk dulu ke rumahnya untuk berehat sementara. Rumah Pak Salim memang besar dan dia hanya tinggal seorang diri.

Pak Salim membawa dua tin minuman ringan, satu diserah kepadaku dan satu untuknya. Waktu itu kami duduk berbual di ruang tamu rumah Pak Salim yang luas. Sambil berbual Pak Salim memuji wajah dan tubuhku yang cantik. Pak Salim duduk berhampiranku dan tangan Pak Salim mula merayap lalu menggosok-gosok perutku. Aku hanya mendiamkan diri apabila tangan Pak Salim semakin naik ke atas menuju arah buah dadaku. Tubuhku sedikit tersentak tatkala pertama kali jemari Pak Salim bersentuhan dengan puncak buah dadaku tanpa sebarang halangan lagi. Debaran jantungku semakin kencang apabila perlahan-lahan buah dadaku diusap dan diramas oleh jemari Pak Salim. Melihatkan aku tidak membantah perbuatanya itu, Pak Salim memaut leher lalu mencium pipiku. Kemudian bibir aku pula menjadi sasaran kucupannya. 

Ramasan tangan Pak Salim pada kedua-dua belah buah dadaku semakin kuat sambil sesekali dia mengentel-gentel puting tetekku. Aku membiarkan Pak Salim mengucup bibirku sepuas-puasnya walaupun ada kalanya bibirku terasa sakit terkena gigi Pak Salim. Aku agak terkejut apabila Pak Salim tiba-tiba sambil berbisik mengajakku untuk melakukan hubungan seks. Aku tak berani membantah kerana bagi ibu Pak Salim adalah dewanya.

Aku menurut sahaja apabila Pak Salim menyingkap dan seterusnya menanggalkan baju kurung yang kupakai. Kedinginan hawa dari pendingin udara di ruang tamu itu kuat menyapa tubuhku. Sebaik sahaja bajuku tertanggal Pak Salim terus merangkul tubuhku. Dia lalu mencium leherku. Aku terasa geli yang teramat apabila misai kasar Pak Salim bersentuhan dengan kulit leherku. Aku mula mengeliat kecil. Ciuman Pak Salim semakin ke bawah hingga akhirnya bibirnya melekap pada puncak buah dadaku. Tubuhku terasa menggigil menahan rasa geli yang teramat sangat. Semakin kuat tubuhku menggigil semakin kuat pula bibir Pak Salim menyonyot puncak buah dadaku silih berganti. Perlakuan Pak Salim itu membuatkan aku semakin tak keruan. Tanganku yang tadi hanya berdiam mulai memegang dan meramas-ramas rambut Pak Salim yang sudah hampir botak itu. 

Mendapat reaksi dariku membuat Pak Salim mula menggosok-gosok pehaku. Aku bertambah geli. Tiba-tiba Pak Salim menghentikan hisapan pada buah dadaku. Dia memandang mukaku sambil tersenyum. Tetapi aku segera menundukan muka dan menekup buah dadaku yang terdedah itu. Pak Salim kemudian menanggalkan baju yang dipakainya. Kemudian dia menarik zip seluar lalu mengeluarkan batang butuhnya. Dia mencapai tanganku sambil menyuruh aku memegang batang butuhnya itu. Walaupun malu tapi aku menurut saja.

Pak Salim membiarkan aku memegang batang butuhnya yang besar itu. Panjangnya agak aku hampir lapan inci. Pangkalnya dipenuhi bulu-bulu yang panjang dan kasar. Sementara batangnya dikelilingi oleh urat-urat yang berselirat. Kepalanya pula kembang seperti kulat tahun yang sering aku pungut di atas busut selepas hujan. Inilah pertama kali aku pegang butuh orang lelaki sungguhpun bukan pertama kali melakukan seks dengan lelaki. Aku nak sangat tengok rupa batang butuh itu tapi terasa malu pula. Pak Salim kembali mengerjakan buah dadaku. Hampir seluruh buah dada aku berada dalam mulutnya sambil lidahnya bermain-main pada puting tetekku yang membengkak. Sesekali dia menggigit putingku sehingga membuatkan aku semakin kuat menggigil menahan kegelian yang teramat sangat. 

Aku dapat merasakan buah dadaku menjadi keras dengan sendirinya. Pak Salim menyuruh aku melancapkan batang butuhnya. Dia memegang tanganku dan menyuruh Aku mengurut batang butuh nya dari hujung kepala hingga ke pangkalnya. Aku dapat merasakan batang butuh Pak Salim semakin keras dan berdenyut-denyut. Denyutannya semakin kuat sehingga terhangguk-hangguk apabila aku meramas-ramas batang butuhnya itu. Pak Salim mengerang sambil terus menghisap dan menyonyot buah dadaku. Kini tangan Pak Salim berusaha pula untuk membuka seluar dalam yang kupakai. Selepas seluar dalam melorot ke kakiku, aku dapat merasakan jari kasar Pak Salim menyentuh tundun cipapku. Sebaik tersentuh Pak Salim tersenyum memandang ku tapi aku buat selamba sahaja.

Pak Salim meminta untuk menanggalkan terus seluar yang masih melekat di kakiku. Aku mengangkat kakiku semasa Pak Salim menarik keluar seluar dalamku. Kini tubuhku sudah berbogel sepenuhnya. Aku mengepit kedua-dua pehaku kerana malu. Belum pernah lagi aku berbogel di depan orang selama ini sungguhpun aku telah dijamah oleh ayahku sendiri. Pak Salim memberitahuku supaya jangan malu kerana dia pun akan berbogel juga. Tanpa segan Pak Salim menanggalkan seluar serta seluar dalamnya sekali. Tubuh gempal Pak Salim penuh di tumbuhi bulu terutama di bahagian dada dan di bawah pusatnya. Dia mendongakkan kepalaku dan meminta aku melihat ke arah batang butuhnya yang keras terpacak di celah-celah pehanya. 

Aku terpaku seketika kerana pertama kali menyaksikan di depan mata batang butuh seorang lelaki. Kali ini tanpa di suruh aku memberanikan diri memegang dan mengusap batang butuh Pak Salim itu. Pak Salim tersenyum lebar lalu mulutnya kembali menghisap buah dada ku sambil tangannya meramas-ramas tundun cipapku. Pak Salim menolak pahaku agar terbuka sedikit supaya jarinya dapat menyentuh pada belahan cipapku. Aku menurut sahaja.

Aku memejamkan mata apabila merasakan jari tua Pak Salim bermain-main pada alur cipapku. Terasa jari-jari Pak Salim bergerak dengan licin kerana aku perasan sejak tadi lagi cipapku telah mengeluarkan cecair. Kegelian yang aku rasa kali ini lebih berganda dari tadi. Aku merapatkan tubuhku kepada tubuh Pak Salim. Sambil itu aku mengocok kuat batang butuh Pak Salim. Sesekali aku sempat menjeling dan melihat separuh dari jari hantu Pak Salim keluar masuk alur cipapku yang semakin basah itu. Aku membuka kangkangan dengan lebih luas lagi sambil mengeliat menahan kegelian. Aku turut membalas sewaktu Pak Salim mengucup bibirku. Bagaikan faham perasaan aku ketika itu, Pak Salim menarik aku naik ke atas pehanya. Kini Aku betul-betul terkangkang di atas tubuh Pak Salim. Pak Salim melumur batang butuhnya dengan air liur dan mula menggeselkan kepala butuhnya itu betul-betul pada belahan cipapku. Aku kian berdebar menantikan tindakan Pak Salim seterusnya.

Aku menahan nafas apabila perlahan-lahan Pak Salim menekan kepala butuhnya masuk ke dalam alur cipapku. Aku memeluk Pak Salim kuat-kuat. Terasa kepala butuh Pak Salim padat memenuhi alur cipapku. Aku dapat merasakan butuh Pak Salim masuk semakin lama semakin dalam. Pak Salim menyuruh aku mengangkang lebih luas lagi supaya batang butuhnya senang masuk. Pak Salim memegang pinggangku sambil menariknya ke bawah. Kini aku dapat merasakan keseluruhan kepala butuh Pak Salim yang seperti kulat itu sudah masuk ke dalam cipapku. Pak Salim memberhenti seketika kemasukan batang butuhnya apabila aku terjerit kecil. 

Sebenarnya kemasukan butuh Pak Salim tidaklah sakit tetapi kerana batangnya yang besar itu terasa amat padat dalam lubang buritku. Waktu ayahku memperkosaku dulu cipapku memang terasa sakit seperti disiat-siat dengan sembilu. Mendengar jeritanku Pak Salim menghentikan sejenak aktivitinya. Selepas beberapa minit dia memulakan lagi acara sorong tariknya dan aku membuka pahaku lebih luas. Pak Salim masih membiarkan batang butuhnya yang sedang berdenyut-denyut kuat itu di dalam cipapku. Dia menciumku sambil berbisik aku akan merasa sedap sekejap lagi.

Pak Salim kembali menggerakan batang butuhnya dalam cipapku. Mula-mula perlahan tetapi semakin lama semakin laju. Aku mula merasa geli kembali. Alur cipapku juga semakin licin. Sambil memandang wajahku Pak Salim meminta untuk memasukan lagi batang butuhnya. Aku mengangguk sahaja. Dan ketika aku mulai asyik dengan tujahan lembut itu, tiba-tiba Pak Salim menarik pinggang aku dengan kuat dan serentak itu seluruh batang butuhnya terbenam rapat ke dalam cipapku.Tanpa rasa malu lagi aku menjerit keenakan. Pak Salim memeluk erat tubuhku. Terasa kepala butuhnya berdenyut-denyut dengan lajunya. Perasaan enak ini amat berlainan ketika aku bersama ayahku.

Pak Salim memeluk dan mencium aku dengan lembut dan mesra, membuatkan aku terasa damai dan selesa. Aku mula membalas ciuman Pak Salim. Perlahan-lahan Pak Salim menggerakan batang butuhnya keluar masuk cipapku. Kian lama tujahan batang butuh Pak Salim semakin laju namun temponya tetap tersusun. Aku terasa geli ketika alur cipapku bersentuhan dengan bulu-bulu kasar di pangkal batang butuh Pak Salim. Aku makin bertambah geli bila bulunya mengusap dan menyentuh kelentitku. Sesekali aku tunduk memerhatikan batang butuh Pak Salim yang besar itu keluar masuk cipapku. Aku mula merasakan sedap dan enak.

Beberapa ketika kemudian Pak Salim menyuruh aku bangun dan menonggeng di atas lantai . Tanganku memegang pinggir sofa. Pak Salim menghampiriku dari belakang dan memasukan batang butuhnya ke dalam cipapku dari belakang pula. Aku dapat merasakan batang butuh Pak Salim meneroka setiap lorong dan ruang cipapku. Aku mengerang dengan kuat sambil menggerakan punggung mengikut hentakan batang butuh Pak Salim. Pak Salim mengerang kuat sambil meramas-ramas buah dadaku yang terbuai-buai itu. Sesekali dia menarik pinggang ku ke belakang supaya batang butuhnya dapat masuk sedalam-dalamnya. Ketika itu aku menjerit-jerit kecil sambil menggigit bibir menahan kesedapan yang kian terasa di segenap urat saraf. Dalam keasyikan itu aku kian dapat merasakan saat-saat kemuncak semakin hampir. Cipapku semakin basah. Terasa kegelian yang teramat sangat yang tidak pernah aku rasa selama ini. Melihatkan aku yang kian resah itu Pak Salim melajukan tujahan batang butuhnya. Akhirnya aku mengerang dengan kuat ketika aku tidak lagi dapat menahan cairan yang tiba-tiba terpancut keluar dari dalam cipapku. Aku klimaks buat pertama kalinya.

Pak Salim juga semakin kuat mengerang. Dia membalikan tubuhku dan mambaringkan aku terlentang di atas lantai berkarpet. Pahaku dikangkang luas lalu menyambung tujahan batang butuhnya mengerjakan cipapku. Aku berusaha menahan serangan bertali arus Pak Salim itu. Pak Salim menyuruh aku mengemutkan cipap aku kuat-kuat. Pak Salim semakin tidak keruan. Desahan nafasnya semakin kuat. Semakin kuat aku mengemut, semakin laju tujahan butuh Pak Salim. Denyutan kepala butuhnya juga semakin terasa. Seketika kemudian Pak Salim menghentak kuat batang butuhnya ke dalam cipapku. Serentak itu beberapa pancutan air pekat yang hangat terhambur keluar dari kepala butuhnya. Cairan tersebut menyiram pangkal rahimku.

Tubuh Pak Salim menggigil-gigil menahan kesedapan seperti yang aku rasa tadi. Dengan wajah yang mambayangkan kepuasan, Pak Salim terbaring di sebelahku. Aku merasa lega kerana perkara itu sudah berakhir. Namun pengalaman sebentar tadi merupakan sesuatu yang sangat luarbiasa. Nikmat syurga dunia.

Pak Salim mengucapkan terima kasih kerana aku sudi melayannya. Dia juga memuji-muji aku kerana katanya cipap aku sangat cantik dan tembam. Katanya lagi aku pandai kemut, sampai nak tercabut kepala butuhnya bila aku kemut. Sesiapa yang dapat rasa cipapku adalah merupakan orang yang sangat bertuah, katanya. Suamiku nanti tak akan beralih kepada orang lain kerana lubang kemaluanku amat sempit dan berbentuk tanduk. Kata Pak Salim lubang tanduk amat digilai oleh lelaki dan mampu memberi kepuasan maksima. Katanya dia benar-benar puas kerana sudah beberapa tahun dia tidak merasa kenikmatan melakukan hubungan seks. 

Aku hanya tertunduk dan tersipu-sipu malu menerima pujian Pak Salim. Sambil itu Pak Salim turut meminta supaya aku merahsiakan peristiwa ini. Aku mengangguk tandaMalu, sungguh malu. Ibu menangis tersedu-sedu bila mendengar peneranganku. Aku juga menangis mengenang nasib diriku. Aku terasa sungguh hina diriku ini. Ayah tempat kami menumpang kasih telah menodaiku, anaknya sendiri. Kejamnya ayah kerana sanggup menghancurkan masa depan anak perempuannya. Aku pada mulanya ingin merahsiakan perkara ini tapi bila aku telah terlambat datang bulan maka kepada ibulah aku mengadu.


Sehabis sekolah aku telah ditunangkan dengan seorang pemuda yang bertugas sebagai guru. Pemuda tersebut adalah anak kawan ayah. Kedua keluarga telah bersetuju untuk mengadakan majlis perkahwinan pada tahun depan, 12 bulan akan datang. Alasannya kerana keluarga kami yang kurang mampu memerlukan masa untuk mengumpul wang bagi keperluan kenduri kahwin. Aku juga memutuskan untuk bekerja sebagai cashier di sebuah supermarket ternama.

Akibat kejadian yang merenggut maruahku itu dan demi menjaga maruah keluarga maka ibuku memutuskan untuk mempercepatkan perkahwinanku. Ibuku tak mahu menanggung malu jika keluarga tunangku mengetahui yang aku telah hamil sebelum bernikah. Ibu membuang rasa malunya dengan mengunjungi keluarga tunangku dan memohon agar majlis perkahwinan dipercepat. Tanpa banyak soal keluarga tunangku bersetuju.

Pada waktu itu keluargaku memang tidak mempunyai wang untuk mengadakan majlis kahwin. Sekali lagi ibuku terpaksa membuang perasaan malunya dengan mengadu nasib kepada Pak Salim, majikannya. Untunglah Pak Salim memahami nasib kami dan bersedia memberi hutang kepada ibu. Ibu bolehlah membayar secara ansuran hutang tersebut.

Pagi itu Pak Salim datang ke rumah kami dan berjumpa ibu. Pak Salim mengajakku untuk ke pekan bagi membeli serba sedikit keperluan untuk persedian kenduri. Selepas meminta izin dan bersalam dengan ibu aku pun bertolak ke bandar dengan menaiki kereta Toyota Avanza kepunyaan Pak Salim. Pak Salim tersenyum apabila melihatkan wajahku yang berseri-seri kerana keseronokan. Memang pun aku seronok memikirkan arang yang tercalit di muka dapat dihapuskan dengan pertolongan Pak Salim yang budiman.

“Along, jaga diri baik-baik. Jaga perasaan Pak Salim, jangan sakiti hatinya. Pak Salim adalah dewa penolong kita.” Itulah pesanan ibu sebelum aku berangkat tadi.

Dalam perjalanan itu Pak Salim banyak bercerita tentang arwah isterinya dan kisah-kisah lampaunya. Aku pula lebih banyak mendengar dari bercakap, cuma sesekali aku ikut tertawa apabila Pak Salim membuat jenaka. Pak Salim mengakui sangat rindu apabila terkenangkan masa mudanya bersama arwah isterinya. Apabila sampai di pinggir bandar, Pak Salim menyuruh aku memakai tali pinggang keledar kerana bimbang disaman. Melihat aku terkial-kial memakai tali pinggang keledar tersebut maka terpaksalah Pak Salim membantuku. Semasa memakaikan tali pinggang itu, beberapa kali tangan Pak Salim bergesel dengan buah dadaku yang agak membonjol di balik baru kurungku. Sepanjang perjalanan aku perasan juga mata Pak Salim kerap menjeling kearah buah dadaku.

Pak Salim membawa aku membeli-belah di sebuah pasaraya yang besar dan juga butik bersebelahannya. Dia membelikan beberapa pasang baju kurung, kain ela untuk dibuat baju dan seutas jam tangan. Selesai membeli-belah Pak Salim membawaku makan di sebuah restorans makanan segera yang besar. Kami makan ayam dan kentang goreng sehingga kenyang. Selepas itu Pak Salim mengajak aku bersiar-siar di kawasan rekreasi yang terdapat berhampiran pusat membeli-belah itu. Sambil berjalan Pak Salim memegang tanganku dan menyuruh aku memeluk lengannya yang pejal dan banyak bulu itu. 

Aku juga perasan Pak Salim kerap menggeselkan lengannya pada bonjolan buah dadaku. Sesekali apabila tiba di kawasan yang tiada orang Pak Salim akan menarikku rapat kepadanya sambil tangannya menggosok-gosok lembut punggung ku. Aku terasa geli diperlakukan begitu oleh Pak Salim.

Menjelang petang barulah Pak Salim mengajak aku untuk pulang. Kali ini dalam perjalanan Pak Salim kurang bercakap tetapi aku perasan ekor matanya semakin kerap menjeling ke arah dadaku. Hinggakan kadang kala Pak Salim seperti hilang tumpuan ketika memandu. Beberapa kali kereta yang dipandunya itu tergelincir ke bahu jalan. Sesekali dia resah sambil membetulkan sesuatu di celah kelangkangnya. Bila hampir memasuki kampung kami Pak Salim membelok ke rumahnya. Dia menyuruh aku masuk dulu ke rumahnya untuk berehat sementara. Rumah Pak Salim memang besar dan dia hanya tinggal seorang diri.

Pak Salim membawa dua tin minuman ringan, satu diserah kepadaku dan satu untuknya. Waktu itu kami duduk berbual di ruang tamu rumah Pak Salim yang luas. Sambil berbual Pak Salim memuji wajah dan tubuhku yang cantik. Pak Salim duduk berhampiranku dan tangan Pak Salim mula merayap lalu menggosok-gosok perutku. Aku hanya mendiamkan diri apabila tangan Pak Salim semakin naik ke atas menuju arah buah dadaku. Tubuhku sedikit tersentak tatkala pertama kali jemari Pak Salim bersentuhan dengan puncak buah dadaku tanpa sebarang halangan lagi. Debaran jantungku semakin kencang apabila perlahan-lahan buah dadaku diusap dan diramas oleh jemari Pak Salim. Melihatkan aku tidak membantah perbuatanya itu, Pak Salim memaut leher lalu mencium pipiku. Kemudian bibir aku pula menjadi sasaran kucupannya. 

Ramasan tangan Pak Salim pada kedua-dua belah buah dadaku semakin kuat sambil sesekali dia mengentel-gentel puting tetekku. Aku membiarkan Pak Salim mengucup bibirku sepuas-puasnya walaupun ada kalanya bibirku terasa sakit terkena gigi Pak Salim. Aku agak terkejut apabila Pak Salim tiba-tiba sambil berbisik mengajakku untuk melakukan hubungan seks. Aku tak berani membantah kerana bagi ibu Pak Salim adalah dewanya.

Aku menurut sahaja apabila Pak Salim menyingkap dan seterusnya menanggalkan baju kurung yang kupakai. Kedinginan hawa dari pendingin udara di ruang tamu itu kuat menyapa tubuhku. Sebaik sahaja bajuku tertanggal Pak Salim terus merangkul tubuhku. Dia lalu mencium leherku. Aku terasa geli yang teramat apabila misai kasar Pak Salim bersentuhan dengan kulit leherku. Aku mula mengeliat kecil. Ciuman Pak Salim semakin ke bawah hingga akhirnya bibirnya melekap pada puncak buah dadaku. Tubuhku terasa menggigil menahan rasa geli yang teramat sangat. Semakin kuat tubuhku menggigil semakin kuat pula bibir Pak Salim menyonyot puncak buah dadaku silih berganti. Perlakuan Pak Salim itu membuatkan aku semakin tak keruan. Tanganku yang tadi hanya berdiam mulai memegang dan meramas-ramas rambut Pak Salim yang sudah hampir botak itu. 

Mendapat reaksi dariku membuat Pak Salim mula menggosok-gosok pehaku. Aku bertambah geli. Tiba-tiba Pak Salim menghentikan hisapan pada buah dadaku. Dia memandang mukaku sambil tersenyum. Tetapi aku segera menundukan muka dan menekup buah dadaku yang terdedah itu. Pak Salim kemudian menanggalkan baju yang dipakainya. Kemudian dia menarik zip seluar lalu mengeluarkan batang butuhnya. Dia mencapai tanganku sambil menyuruh aku memegang batang butuhnya itu. Walaupun malu tapi aku menurut saja.

Pak Salim membiarkan aku memegang batang butuhnya yang besar itu. Panjangnya agak aku hampir lapan inci. Pangkalnya dipenuhi bulu-bulu yang panjang dan kasar. Sementara batangnya dikelilingi oleh urat-urat yang berselirat. Kepalanya pula kembang seperti kulat tahun yang sering aku pungut di atas busut selepas hujan. Inilah pertama kali aku pegang butuh orang lelaki sungguhpun bukan pertama kali melakukan seks dengan lelaki. Aku nak sangat tengok rupa batang butuh itu tapi terasa malu pula. Pak Salim kembali mengerjakan buah dadaku. Hampir seluruh buah dada aku berada dalam mulutnya sambil lidahnya bermain-main pada puting tetekku yang membengkak. Sesekali dia menggigit putingku sehingga membuatkan aku semakin kuat menggigil menahan kegelian yang teramat sangat. 

Aku dapat merasakan buah dadaku menjadi keras dengan sendirinya. Pak Salim menyuruh aku melancapkan batang butuhnya. Dia memegang tanganku dan menyuruh Aku mengurut batang butuh nya dari hujung kepala hingga ke pangkalnya. Aku dapat merasakan batang butuh Pak Salim semakin keras dan berdenyut-denyut. Denyutannya semakin kuat sehingga terhangguk-hangguk apabila aku meramas-ramas batang butuhnya itu. Pak Salim mengerang sambil terus menghisap dan menyonyot buah dadaku. Kini tangan Pak Salim berusaha pula untuk membuka seluar dalam yang kupakai. Selepas seluar dalam melorot ke kakiku, aku dapat merasakan jari kasar Pak Salim menyentuh tundun cipapku. Sebaik tersentuh Pak Salim tersenyum memandang ku tapi aku buat selamba sahaja.

Pak Salim meminta untuk menanggalkan terus seluar yang masih melekat di kakiku. Aku mengangkat kakiku semasa Pak Salim menarik keluar seluar dalamku. Kini tubuhku sudah berbogel sepenuhnya. Aku mengepit kedua-dua pehaku kerana malu. Belum pernah lagi aku berbogel di depan orang selama ini sungguhpun aku telah dijamah oleh ayahku sendiri. Pak Salim memberitahuku supaya jangan malu kerana dia pun akan berbogel juga. Tanpa segan Pak Salim menanggalkan seluar serta seluar dalamnya sekali. Tubuh gempal Pak Salim penuh di tumbuhi bulu terutama di bahagian dada dan di bawah pusatnya. Dia mendongakkan kepalaku dan meminta aku melihat ke arah batang butuhnya yang keras terpacak di celah-celah pehanya. 

Aku terpaku seketika kerana pertama kali menyaksikan di depan mata batang butuh seorang lelaki. Kali ini tanpa di suruh aku memberanikan diri memegang dan mengusap batang butuh Pak Salim itu. Pak Salim tersenyum lebar lalu mulutnya kembali menghisap buah dada ku sambil tangannya meramas-ramas tundun cipapku. Pak Salim menolak pahaku agar terbuka sedikit supaya jarinya dapat menyentuh pada belahan cipapku. Aku menurut sahaja.

Aku memejamkan mata apabila merasakan jari tua Pak Salim bermain-main pada alur cipapku. Terasa jari-jari Pak Salim bergerak dengan licin kerana aku perasan sejak tadi lagi cipapku telah mengeluarkan cecair. Kegelian yang aku rasa kali ini lebih berganda dari tadi. Aku merapatkan tubuhku kepada tubuh Pak Salim. Sambil itu aku mengocok kuat batang butuh Pak Salim. Sesekali aku sempat menjeling dan melihat separuh dari jari hantu Pak Salim keluar masuk alur cipapku yang semakin basah itu. Aku membuka kangkangan dengan lebih luas lagi sambil mengeliat menahan kegelian. Aku turut membalas sewaktu Pak Salim mengucup bibirku. Bagaikan faham perasaan aku ketika itu, Pak Salim menarik aku naik ke atas pehanya. Kini Aku betul-betul terkangkang di atas tubuh Pak Salim. Pak Salim melumur batang butuhnya dengan air liur dan mula menggeselkan kepala butuhnya itu betul-betul pada belahan cipapku. Aku kian berdebar menantikan tindakan Pak Salim seterusnya.

Aku menahan nafas apabila perlahan-lahan Pak Salim menekan kepala butuhnya masuk ke dalam alur cipapku. Aku memeluk Pak Salim kuat-kuat. Terasa kepala butuh Pak Salim padat memenuhi alur cipapku. Aku dapat merasakan butuh Pak Salim masuk semakin lama semakin dalam. Pak Salim menyuruh aku mengangkang lebih luas lagi supaya batang butuhnya senang masuk. Pak Salim memegang pinggangku sambil menariknya ke bawah. Kini aku dapat merasakan keseluruhan kepala butuh Pak Salim yang seperti kulat itu sudah masuk ke dalam cipapku. Pak Salim memberhenti seketika kemasukan batang butuhnya apabila aku terjerit kecil. 

Sebenarnya kemasukan butuh Pak Salim tidaklah sakit tetapi kerana batangnya yang besar itu terasa amat padat dalam lubang buritku. Waktu ayahku memperkosaku dulu cipapku memang terasa sakit seperti disiat-siat dengan sembilu. Mendengar jeritanku Pak Salim menghentikan sejenak aktivitinya. Selepas beberapa minit dia memulakan lagi acara sorong tariknya dan aku membuka pahaku lebih luas. Pak Salim masih membiarkan batang butuhnya yang sedang berdenyut-denyut kuat itu di dalam cipapku. Dia menciumku sambil berbisik aku akan merasa sedap sekejap lagi.

Pak Salim kembali menggerakan batang butuhnya dalam cipapku. Mula-mula perlahan tetapi semakin lama semakin laju. Aku mula merasa geli kembali. Alur cipapku juga semakin licin. Sambil memandang wajahku Pak Salim meminta untuk memasukan lagi batang butuhnya. Aku mengangguk sahaja. Dan ketika aku mulai asyik dengan tujahan lembut itu, tiba-tiba Pak Salim menarik pinggang aku dengan kuat dan serentak itu seluruh batang butuhnya terbenam rapat ke dalam cipapku.Tanpa rasa malu lagi aku menjerit keenakan. Pak Salim memeluk erat tubuhku. Terasa kepala butuhnya berdenyut-denyut dengan lajunya. Perasaan enak ini amat berlainan ketika aku bersama ayahku.

Pak Salim memeluk dan mencium aku dengan lembut dan mesra, membuatkan aku terasa damai dan selesa. Aku mula membalas ciuman Pak Salim. Perlahan-lahan Pak Salim menggerakan batang butuhnya keluar masuk cipapku. Kian lama tujahan batang butuh Pak Salim semakin laju namun temponya tetap tersusun. Aku terasa geli ketika alur cipapku bersentuhan dengan bulu-bulu kasar di pangkal batang butuh Pak Salim. Aku makin bertambah geli bila bulunya mengusap dan menyentuh kelentitku. Sesekali aku tunduk memerhatikan batang butuh Pak Salim yang besar itu keluar masuk cipapku. Aku mula merasakan sedap dan enak.

Beberapa ketika kemudian Pak Salim menyuruh aku bangun dan menonggeng di atas lantai . Tanganku memegang pinggir sofa. Pak Salim menghampiriku dari belakang dan memasukan batang butuhnya ke dalam cipapku dari belakang pula. Aku dapat merasakan batang butuh Pak Salim meneroka setiap lorong dan ruang cipapku. Aku mengerang dengan kuat sambil menggerakan punggung mengikut hentakan batang butuh Pak Salim. Pak Salim mengerang kuat sambil meramas-ramas buah dadaku yang terbuai-buai itu. Sesekali dia menarik pinggang ku ke belakang supaya batang butuhnya dapat masuk sedalam-dalamnya. Ketika itu aku menjerit-jerit kecil sambil menggigit bibir menahan kesedapan yang kian terasa di segenap urat saraf. Dalam keasyikan itu aku kian dapat merasakan saat-saat kemuncak semakin hampir. Cipapku semakin basah. Terasa kegelian yang teramat sangat yang tidak pernah aku rasa selama ini. Melihatkan aku yang kian resah itu Pak Salim melajukan tujahan batang butuhnya. Akhirnya aku mengerang dengan kuat ketika aku tidak lagi dapat menahan cairan yang tiba-tiba terpancut keluar dari dalam cipapku. Aku klimaks buat pertama kalinya.

Pak Salim juga semakin kuat mengerang. Dia membalikan tubuhku dan mambaringkan aku terlentang di atas lantai berkarpet. Pahaku dikangkang luas lalu menyambung tujahan batang butuhnya mengerjakan cipapku. Aku berusaha menahan serangan bertali arus Pak Salim itu. Pak Salim menyuruh aku mengemutkan cipap aku kuat-kuat. Pak Salim semakin tidak keruan. Desahan nafasnya semakin kuat. Semakin kuat aku mengemut, semakin laju tujahan butuh Pak Salim. Denyutan kepala butuhnya juga semakin terasa. Seketika kemudian Pak Salim menghentak kuat batang butuhnya ke dalam cipapku. Serentak itu beberapa pancutan air pekat yang hangat terhambur keluar dari kepala butuhnya. Cairan tersebut menyiram pangkal rahimku.

Tubuh Pak Salim menggigil-gigil menahan kesedapan seperti yang aku rasa tadi. Dengan wajah yang mambayangkan kepuasan, Pak Salim terbaring di sebelahku. Aku merasa lega kerana perkara itu sudah berakhir. Namun pengalaman sebentar tadi merupakan sesuatu yang sangat luarbiasa. Nikmat syurga dunia.

Pak Salim mengucapkan terima kasih kerana aku sudi melayannya. Dia juga memuji-muji aku kerana katanya cipap aku sangat cantik dan tembam. Katanya lagi aku pandai kemut, sampai nak tercabut kepala butuhnya bila aku kemut. Sesiapa yang dapat rasa cipapku adalah merupakan orang yang sangat bertuah, katanya. Suamiku nanti tak akan beralih kepada orang lain kerana lubang kemaluanku amat sempit dan berbentuk tanduk. Kata Pak Salim lubang tanduk amat digilai oleh lelaki dan mampu memberi kepuasan maksima. Katanya dia benar-benar puas kerana sudah beberapa tahun dia tidak merasa kenikmatan melakukan hubungan seks. 

Aku hanya tertunduk dan tersipu-sipu malu menerima pujian Pak Salim. Sambil itu Pak Salim turut meminta supaya aku merahsiakan peristiwa ini. Aku mengangguk tanda setuju. Selepas berpakaian semula Pak Salim menghantar aku ke rumah. Pak Salim mencium dan meraba buah dada aku serta memberikan wang sebanyak RM200.00. Sambil itu dia berbisik untuk merasa cipapku lagi. Aku tersenyum tanda setuju. Aku melangkah turun sambil membimbing beg plastik yang berisi barang belian siang tadi.

Selepas kejadian itu sehingga aku berkahwin aku sudah lima enam kali di pantat oleh Pak Salim. Bermacam gaya Pak Salim ajarkan padaku. Tiap kali main dengan batang Pak Salim tiap kali tambah nikmatnya. Pak Salim yang berusia sebaya ayahku memang handal dan berpengalaman. Aku terbuai indah bila bersama dengannya. Aku harap suamiku akan sama handal macam Pak Salim kalaupun tidak melebihinya. setuju. Selepas berpakaian semula Pak Salim menghantar aku ke rumah. Pak Salim mencium dan meraba buah dada aku serta memberikan wang sebanyak RM200.00. Sambil itu dia berbisik untuk merasa cipapku lagi. Aku tersenyum tanda setuju. Aku melangkah turun sambil membimbing beg plastik yang berisi barang belian siang tadi.


Selepas kejadian itu sehingga aku berkahwin aku sudah lima enam kali di pantat oleh Pak Salim. Bermacam gaya Pak Salim ajarkan padaku. Tiap kali main dengan batang Pak Salim tiap kali tambah nikmatnya. Pak Salim yang berusia sebaya ayahku memang handal dan berpengalaman. Aku terbuai indah bila bersama dengannya. Aku harap suamiku akan sama handal macam Pak Salim kalaupun tidak melebihinya.